PENILAIAN SAHAM BIASA DAN SAHAM PREFEREN
Disusun oleh:
Zaman
KATA
PENGANTAR
بسم ا لله ا لر حمن ا لر حيم
Assalamualikum warokhmatullahi wabarokhatu.
Alhamdulillahirobilalamin Segala puji dan sedalam-dalam
Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah serta
inayahnya yang telah memberikan kesehatan jasmani maupun rohani tiada
henti-hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat
teriring salam semoga tetap Allah limpahkan kehadirat beliau Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing umatnya keluar
dari masa yang suram menuju masa yang insyaalah lebih di ridhokan oleh Allah
SWT.
Makalah ini yang berjudul “PENILAIAN SAHAM
BIASA” di buat guna intik memenuhi tugas akhir mata kuliah Manajemen Infestasi
dan Pasar Modal yang diampu oleh dosen matakuliah.
Penulis maenyadari bahwa masih banyak
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan maupun penyusunan makalah ini, maka
dari itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang membangun guna untuk
menambak pengetahuan penulis.
Yogyakarta, 18 Juni 2013
Penulis
ZAMAN
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Suatu
perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock).
Jika perusahaan hanya satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan saham
biasa (cammon stock). Untuk menarik infestor potensial lainnya, suatu
perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham yang biasa disebut
dengn saham preferen (preferren stock).
Saham preferen
mempunyai hak-hak prioritas dari saham preferen yaitu hak atas deviden yang
tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi likuiditas.
Saham biasa
merupakan surat bukti kepemilikan atau surat bukti penyertaan atas suatu
perusahaan yang mengeluarkannya. Perusahaan yang mengeluarkannya berbentuk
perseroan terbatas. Sebagaimana saham istimewa, saham biasa juga memberikan
dividen kepada pemilik saham.
Dividen
dibayarkan kepada pemilik saham biasa pada akhir tahun dari profit yang
diperoleh perusahaan. Dari penjelasan singkat ini, penyusun akan
mendeskripsikan gambaran mengenai saham biasa dan cara untuk menilainya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN SAHAM BIASA
Saham
biasa adalah salah satu dari jenis saham
yang ada selain saham preferen. Umumnya saham biasa tidak berbeda jauh dengan
saham preferen, karena saham preferen bisa juga disebut dengan saham campuran. Meskipun
kelihatan sama antara saham biasa dengan saham preferen tetapi karakteristik
antara keduanya masih berbeda. Saham bisa juga menjadikan sebagai modal dari suatu
perusahaan, modal yang dibutuhkan untuk perusahaan biasanya adalah modal untuk
jangka panjang. Modal yang didapat dari penjualan saham adalah uang tunai.
Tentunya hal ini bisa didapatkan dengan menerbitkan saham biasa selain dengan
menerbitkan obligasi.
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa (cammon stock). Pemegang saham adalah
pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan
operasi perusahaan.
1.
Hak pemegan saham biasa
Sebagai pemilik
perusahaan, pemegang saham bisa melakukan berbagai hak. Beberapa hak yang
dimiliki oleh pemegang sahan biasa adalah sebagai berikut:
a)
Hak
kontrol.
Pemegang
saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Ini berarti bahwa
pemegang saham mempunyai hak untuk mmengontrol siapa yang akan memimpin
perusahaannya.
b)
Hak
menerima pembagia keuntungan.
Sebagai
pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapatkan bagian dari
keuntungan perusahaan. Tidak
semu
saham dibagikan, sebagian laba akan ditanamkan kembali kedalam perusahaan. Laba
yang ditahan ini (retained earnings) merupakan sumber dana internal
perusahaan.
c)
Hak preempetif
Hak preempetif (preempetif right) merupakan hak untuk mendapatkan persentasi pemilik
yang sama jikaperusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham, maka jumlah saham
yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya presentase kepemilikan pemegang
saham yang lama akan turun. Hak ini
memberika prioritas kepada pemegang saham lam untu membeli tambahan saham yang
baru, sehingga presentase pemiliknya tidak berubah.
2.
Pembagian Jenis Pasar Saham
Biasa
Dengan peningkatan modal bisnis
dari hasil penjualan saham, maka
perusahaan dapat menjalankan kegiatan operasionalnya dari modal yang didapat
tersebut. Saham biasa memiliki tempat penjualan yang sama seperti saham
preferen yaitu di:
a)
Primary
market (pasar primer).
b)
Secondary
market (pasar sekunder)
3.
Karakteristik Saham Biasa
Saham biasa adalah saham
yang tidak terlalu banyak memiliki kelebihan dibandingkan saham preferen
atau saham campuran. Berikut adalah
karakteristik dari saham biasa.
a)
Pemegang
saham mendapat prioritas dalam pemilihan ketua komisaris.
b)
Hak
penerbit saham akan diutamakan bila mereka menerbitkan saham baru.
c)
Tanggung
jawab yang terbatas bisa diberikan terhadap saham yang ada.
Saham biasa (common stock) adalah surat berharga dalam
bentuk piagam atau sertifikat yang
memberikan pemegangnya bukti atas hak-hak dan kewajiban menyangkut andil
kepemilikan dalam suatu perusahaan. Saham biasa mempunyai sifat kebalikan dari
saham preferen (prefered stock) dalam hal pengambilan suara, pembagian
dividen dan hak-hak yang lain. Saham biasa disebut juga sekuritas tidak
berpenghasilan tetap.
Pemegang saham biasa dapat memengaruhi kebijakan korporasi melalui proses
pengambilan suara (voting) dalam pembuatan tujuan dan kebijakan, stock split
dan memilih dewan direksi perusahaan. Pemegang saham biasa mempunyai keuntungan
dalam bentuk dividen dan capital gain.
Pemegang saham (shareholder atau
stockholder), adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah
memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut. Perusahaan
yang terdaftar dalam bursa efek berusaha untuk meningkatkan harga sahamnya.
Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya memiliki
tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan mereka.
Pemegang saham diberikan hak khusus tergantung dari jenis saham, termasuk hak untuk memberikan suara (biasanya
satu suara per saham yang dimiliki) dalam hal seperti pemilihan papan direktur,
hak untuk pembagian dari pendapatan perusahaan, hak untuk membeli saham baru
yang dikeluarkan oleh perusahaan, dan hak terhadap aset perusahaan pada saat
likuidasi perusahaan.
Namun, hak pemegang saham terhadap aset perusahaan berada di bawah
hak kreditor perusahaan. Ini berarti bahwa pemegang saham biasanya tidak
menerima apa pun bila suatu perusahaan yang dilikuidasi setelah kebangkrutan
(bila perusahaan tersebut memiliki lebih untuk membayar kreditornya, maka
perusahaan tersebut tidak akan bangkrut), meskipun sebuah saham dapat memiliki
harga setelah kebangkrutan bila ada kemungkinan bahwa hutang perusahaan akan direstrukturisasi.
Masyarakat dapat membeli saham biasa di bursa efek via broker. Di Indonesia,
pembelian saham harus dilakukan atas kelipatan 500 lembar atau disebut juga
dengan 1 lot. Saham pecahan (tidak bulat 500 lembar) bisa diperjualbelikan
secara over the counter. Salah satu
tujuan masyarakat untuk membeli saham adalah untuk mendapatkan keuntungan
dengan cara sebagai berikut.
a)
Meningkatkan
nilai kapital capital gain.
b)
Mendapatkan
dividen.
Beberapa perusahaan Indonesia melakukan dual listing
saham di Bursa Efek Jakarta dan New York Stock Exchange. Saham yang
diperjualbelikan di NYSE tersebut biasa dikenal dengan American Depositary
Receipt (ADR). Harga saham, bisa naik atau pun turun, seiring dengan situasi
dan kondisi yang ada. Pada saat krisis moneter pada tahun 1998, Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan barometer saham di Indonesia terpuruk
hingga mencapai nilai di bawah 400. Hal ini menyebabkan saham-saham di dalam
negeri menjadi under value.
Dalam periode 2002-2006, nilai IHSG telah pulih bahkan sudah
beberapa kali memecahkan rekor. Untuk bisa menilai apakah sebuah saham bernilai
mahal atau murah, biasanya digunakan
rasio perhitungan seperti Earning-per-Share (EPS),
Price-to-Earning Ratio
(PER), Price-to-Book Value (PBV) dan
lain-lain. Untuk berinvestasi di saham, disarankan untuk melakukan
teknik valuasi terlebih dahulu dan uang yang hendak diinvestasikan disebar di
dalam beberapa saham, agar resiko bisa dibagi. Selain itu, banyak ahli (Jeremy
J. Siegel, James P. O'Shaughnessy) menyarankan agar berinvestasi di dalam saham
dilakukan dalam jangka panjang. Mereka menyarankan rentang waktu antara 10-20
tahun untuk bisa mendapatkan hasil yang signifikan dalam berinvestadi di dalam
saham.
B.
SAHAM PREFEREN
Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara
obligasi (bond) dan saham biasa. Seperti bond yang membayarkan bunga atas
pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tepet berupa deviden
preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuiditas, klaim pemegangsaham
preferen dibawah klaim pemegang obligasi (bond) dibandingkan dengan
saham biasa, saham preferen mempunyai bebrapa hak yaitu, hak atas deviden tetap
dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuiditas. Oleh karena itu,
saham preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengah-tengah antara bond
dan saham biasa.
1.
Katrakteristik Saham Preferen
a)
Memiliki
berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang berbeda.
b)
Tagihan
terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari saham
biasa dalam hal pembagian dividen.
c)
Dividen
kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat dibayarkan
pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa.
d)
Konvertibilitas,
dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara pemegang saham dan
organisasi penerbit terbentuk.
2.
Hak Kepemilikan Yang Dilepas
Oleh Pemegang Saham Preferen
Hak kepemilikan yang dilepas oleh pemegang saham preferen adalah
sebagai berikut:
a)
Hak
suara. dalam banyak kasus, pemegang saham tidak memiliki hak untuk memilih
direksi, tetapi hak suara dapat diberikan untuk situasi tertentu. Misalnya,
beberapa pemegang saham preferen diberikan hak suara dalam perusahaan jika
perusahaan tidak dapat membayar dividen.
b)
Pembagian
keuntungan (dividen). Dividen yang diterima oleh pemegang saham preferen
biasanya tetap jumlahnya. Oleh karena itu,
jika kinerja perusahaan baik, mereka tidak bisa ikut menikmati hasil
yang baik itu.
c)
Jika
perusahaan dilikuidasi, pemegang saham preferen didahulukan dalam hal
pengembalian investasinya.
3.
Macam Saham Preferen
Untuk menarik
minat investor terhadap saham preferen dan untuk memberikan beberapa alternatif
yang menguntungkan baik bagi investor atau bagi perusahaan yang mengeluarkan
saham preferen, beberapa macam saham preferen telah di bentuk.
a)
Convertible
preferred stock
Untuk
menarik minat investor yang menyukai saham biasa beberapa saham preferren
menambah bentuk didalamnya yang memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham
ini dengan saham biasa dengan rasio pemnukaran yang sudah di tentukan.
b)
Callabel
peferren stock
Saham
preferen ini memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli
kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu dimasa mendatang
dengan nilai yang tertentu. Harga ini bisa lebih tinggi dari nilai nominal
sahamnya.
c)
Floating
atau adjustable-rate preferred stock (ARP)
Saham
ini merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat yang dikenalkan pada tahun
1982. Saham ini tidak membayar deviden yang dibayar tergantung dari tingkat
return dari sekuritas t-bill (treasury bill). Treasury bill dianggap
sebagai aktiva yang tidak mengandung resiko jarna dikeluarkan dengan sukubunga
yang relatif setabil dari waktu kewaktu, sehingga banyak dgunakan sebagai
proksi aktiva bebas resiko.
C.
SAHAM BIASA DAN SAHAM PREFEREN
Istilah saham preferen sering kali disalah artikan karena memberi
kesan saham preferen lebih baik daripada saham biasa. Saham preferen tidaklah
lebih baik, tetapi hanya berbeda dari saham biasa. Dalam kenyataanya, cara
terbaik untuk memandang saham preferen adalah bahwa pemegang saham preferen
melepaskan berbagai hak kepemilikan guna mendapatkan beberapa perlindungan yang
biasanya dinikmati oleh kreditur.
1.
Perbedaan
Perbedaan antara saham preferen dengan saham biasa adalah sebagai
berikut:
a)
Pada
saham biasa mendapatkan hak untuk memilih direksi dan kebijakan tertentu,
sedangkan preferen tidak (kecuali dalam situasi tertentu).
b)
Dividen pada saham biasa tergantung kinerja
perusahaan, kalau baik mereka akan medapatkan keuntungan setimpal, bigitupun
sebaliknya. Tapi untuk saham preferen sudah ditetapkan dividennya.
c)
Jika
perusahaan gulung tikar atau dilikuidasi, dalam hal pengembalian investasi,
pemegang saham preferenlah yang diutamakan dibandingkan dengan pemegang saham
biasa.
d)
Pada
pemegang saham biasa diberi hak untuk memesan kembali, sehingga dapat
memelihara proporsi kepemilikan perusahaan, sedangkan pemegang saham preferen
tidak demikian.
D.
PENDEKATAN UNTUK MENENTUKAN
NILAI SAHAM BIASA
Saham merupakan aset finansial yang dapat dijadikan investasi. Penilaian saham
dilakukan untuk menentukan apakah
saham yang akan dibeli atau dijual akan
memberikan tingkat return yang sesuai dengan return yang diharapkan. Nilai
saham dapat dibedakan menjadi nilai buku, nilai pasar, dan nilai instrinsik.
1.
Nilai Pasar (Market Value)
Harga saham di bursa saham pada saat tertentu.
Ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.
Jika seorang analis yakin bahwa suatu saham adalah lebih berharga menurut harga
pasar daripada harga yang diminta, maka pembelian saham dapat direkomendasikan.
Pendekatan nilai pasar secara sederhana berurusan dengan nilai pasar, bukan
nilai instrinsik. Ada tiga faktor yang perlu mendapat perhatian, yaitu sebagai
berikut:
a)
Kemunduran
pada kebanyakan saham. Seorang investor dapat melakukan pembelian apabila pasar
kelihatan menjadi rendah pada sebagian besar saham. Logikanya bahwa nilai pasar
dari kebanyakan saham berada di bawah tingkat harga pasar normal sehingga harga
akan segera naik kembali.
b)
Perbandingan
industri. Dengan cara ini seorang
investor mencoba pembelian-pembelian yang kelihatannya harus
membanding-bandingkan dengan perusahaan dalam industri yang sama. Mungkin
terjadi bahwa saham-saham yang serupa harganya naik, sementara saham-saham dari
satu perusahaan tertinggal di belakang
tanpa alasan yang jelas. Jika perusahaan yang tertinggal itu akan menarik
perhatian pada harga yang rendah dan saham itu mungkin memperoleh keuntungan.
c)
Pola
siklis yang rendah. Digunakan data historis untuk mencari pola siklis tertentu.
Analis kemudian membeli saham itu mendekati suatu siklis yang rendah dan
kemudian menjualnya mendekati suatu siklis yang tinggi.
2.
Nilai Buku (Book Value)
Nilai buku per lembar saham adalah nilai aktiva bersih (net assets) yang dimiliki pemilik
dengan memiliki satu lembar saham.
Dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Cara menentukan nilai buku
adalah membagi total ekuitas dengan jumlah saham biasa yang beredar.
3.
Nilai Instrinsik (Fundamental
Value)
Nilai instrinsik adalah suatu saham yang dibenarkan untuknya
apabila mempertimbangkan faktor-faktor dasar nilai tersebut. Dalam hal ini,
nilai sesungguhnya berbeda dengan harga pasar. Ada empat faktor utama yang
mempengaruhi nilai instrinsik yaitu sebagai berikut:
a)
Nilai
aktiva perusahaan. Aktiva-aktiva fisik yang dimiliki suatu perusahaan memiliki
nilai pasar. Aktiva-aktiva tersebut dapat dilikuidasi untuk membayar kembali
kepada kreditur dan untuk dibagikan kepada pemegang saham.
b)
Kemungkinan
bakal pendapatan, dividen, dan aliran kas masa mendatang. Faktor-faktor seperti
pendapatan, dividen, dan aliran kas masa mendatang akan mempengaruhi nilai
sekarang dari saham.
c)
Kemungkinan
pertumbuhan masa depan. Prospek perusahaan akan pertumbuhan masa depan
mempengaruhi nilai instrinsik saham.Analisis nilai instrinsik yaitu
membandingkan nilai sesungguhnya dari suatu saham dengan harga pasarnya. Tujuan
analisis ini adalah untuk menentukan apakah suatu saham adalah undervalued atau
overvalued. Suatu perusahaan dikatakan undervalued jika pasar tidak menemukan
bukti adanya faktor-faktor dasar yang membenarkan suatu harga pasar yang lebih
tinggi. Artinya, saham itu nilainya lebih tinggi dari harga jualnya. Apabila
para calon investor menemukan bahwa perusahaan mengumumkan dividen yang lebih
tinggi dari yang mereka harapkan, maka mereka akan membeli saham perusahaan itu
dan memaksa harga saham naik. Sebaliknya, apabila investor menemukan suatu
saham adalah overvalued, maka mereka akan menjual saham-sahamnya sehingga
menyebabkan harga pasar akan turun. Orang-orang atau perusahaan akan membeli
saham pada saat saham tersebut undervalued, sebaliknya akan menjualnya apabila saham
tersebut overvalued.
4.
Pendekatan Untuk Menentukan
Nilai Saham Biasa
Ada beberapa pendekatan untuk menentukan nilai saham biasa yaitu
pendekatan zero growth, constant growth, dan non constant
growth.. Berikut formula untuk menghitung nilai saham biasa dari masing-masing
pendekatan.
a)
Pendekatan
Zero Growth (P0=D/ks)
Pendekatan zero growth digunakan ketika dividen tidak
mengalami pertumbuhan
Contoh:
PT ZAMAN akan membagikan
dividen atas sahamnya sebesar Rp500 per lembar
setiap tahun. Dividen ini tidak mengalami pertumbuhan, dengan tingkat
pengembalian yang diharapkan sebesar 10%. Nilai sahamnya adalah sebagai
berikut:
= (500/(1+0,1)1) + (500/(1+0,1)2) +
(500/(1+0,1)100)+ ...+(500/(1+0,1)∞) =454,550 + 413,220 +
0,037 +...+ 0
Apabila disederhanakan, maka nilai saham adalah sebagai berikut:
= Rp500/10%
= Rp5.000
Nilai saham sebesar Rp5.000 adalah nilai instrinsik saham PT GALI
LUBANG. Dengan demikian tingkat pengembalian yang disyaratkan adalah sebagai
berikut:
ks= D/P0= Rp500/Rp5.000= 0,10= 10%
b)
Pendekatan
Constant Growth ( P0 = (D1/(1+ks)1) +
(D2/(1+ ks)2)+...+ (Dn/(1+ks)n) )
D1= D0(1+g)1, D2= D0(1+g)2,
..., Dn=D0(1+g)n
Model pertumbuhan Gordon:
P0=(D0(1+g))/ (ks-g)= D1/(ks - g)
Jika pertumbuhan ini akan berlangsung secara kontinu dan konstan,
maka rate of return yang diharapkan dapat dihitung menggunakan formula ks=(D1/P0)+g, dimana D1/P0
adalah hasil dividen yang diharapkan.
Contoh:
Apabila PT ANDALAN saat ini akan membagikan dividen sebesar Rp500
pada akhir tahun pertama dan mempunyai laju pertumbuhan dividen sebesar 8% per
tahun. Sedangkan tingkat pengembalian (tingkat pendapatan) yang diharapkan 16%
per tahun, maka harga (nilai) saham adalah sebagai berikut,
P0 =D1/ (ks-g)
= 500/(16%-8%)
= Rp6.250
Untuk menghitung tingkat pengembalian saham tersebut adalah:
ks = (D1/P0)+g
= (Rp500/Rp6.250)+8%=16%
c)
Pendekatan
Non Constant Growth
Contoh
Jika PT GURING MATI saat ini memberikan dividen sebesar Rp500 per
lembar, dengan laju pertumbuhan dividen konstan (gn) sebesar 10% dan laju
pertumbuhan tidak konstan sebesar 30% pada 3 tahun pertama. Dividen tumbuh
konstan kembali setelahnya sebesar 10% per tahun. Jumlah tahun pertumbuhan
tidak normal misalnya 3 tahun, sedangkan tingkat pengembalian yang disyaratkan
oleh pemegang saham sebesar 16%.
Hitunglah nilai saham saat ini.
D
|
FVIF 30%,n
|
Dn
|
PVIF16%,n
|
PV.Dn
|
D1=500
|
1,300
|
650,0
|
0,8621
|
560,365
|
D2=500
|
1,690
|
845,0
|
0,7432
|
628,004
|
D3=500
|
2,197
|
1.098,5
|
0,6407
|
703,809
|
Total nilai sekarang
|
1.892,178
|
a.
Menentukan
nilai sekarang atas dividen yang dibayarkan selama pertumbuhan tidak konstan.
Perhatikan tabel berikut ini.
b.
Mencari
harga saham pada akhir periode pertumbuhan tidak konstan (akhir tahun ketiga
atau P3). Harga saham pada tahun ketiga sama dengan nilai sekarang
atas dividen yang diharapkan dari tahun keempat dan seterusnya (tak terhingga).
P3=D4/(ks-gn)=(D0(1+gn)3(1+gn))/(ks-gn)=
D3(1+gn)/(ks-gn)
=(1.098,5*(1+0,10))/(0,16-0,10)
=1.028,35/0,06
=20.139,167
Dengan
demikian, nilai sekarang harga saham tahun ketiga:
=P3*PVIF
16%,
tahun ketiga
=20.139,167*0,6407
=12.903,34
c.
Menentukan
nilai instrinsik saham saat ini.
P0=PV
dividen+PV P3
=1.892,178+12.903,34
= 14.795,34
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Saham biasa
pada dasarnya tidak terlalu berbeda dengan saham istimewa. Pemilik saham biasa
memiliki hak untuk memberikan suara sedangkan pemilik saham istimewa tidak
demikian kecuali dalam keadaan tertentu. Namun, pemilik saham istimewa akan
diprioritaskan apabila perusahaan bangkrut.Saham biasa dapat dinilai pada
kondisi yang berbeda, yaitu pada saat pertumbuhan dividen tidak ada,
pertumbuhan dividen tetap, dan pertumbuhan dividen tidak tetap.
Saham biasa
merupakan surat bukti kepemilikan atau surat bukti penyertaan atas suatu
perusahaan yang mengeluarkannya. Perusahaan yang mengeluarkannya berbentuk
perseroan terbatas. Sebagaimana saham istimewa, saham biasa juga memberikan
dividen kepada pemilik saham.
Saham preferen
mempunyai hak-hak prioritas dari saham preferen yaitu hak atas deviden yang
tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi likuiditas.
Dividen
dibayarkan kepada pemilik saham biasa pada akhir tahun dari profit yang
diperoleh perusahaan. Dari penjelasan singkat ini, penyusun akan
mendeskripsikan gambaran mengenai saham biasa dan cara untuk menilainya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Hartono,
Jogiyono. Teori Portofolio dan Analisis Invstasi, edisi 7.,BPFE
Yogyakarta. 2013.
·
Halim,
Abdul dan Sarwoko. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
1995.
·
Husnan,
Suad dan Enny Pudjiastuti. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN. 2006.
·
Martono
dan D. Agus Harjito. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia. 2005.